Bedah Buku BAHRUL ULUM



Notulen Seminar Bedah Buku “Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas”
Himpunan Mahasiswa Alumni Bahrul Ulum
(HIMABU) D.I. Yogyakarta

Hari, Tanggal                     : Sabtu, 18 November 2017
Waktu                                : 08.00 WIB – Selesai
Tempat                              : Teatrikal Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta    
Tema                                 : Sejarah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas        
Tujuan pelaksanaan          : Peserta dapat mengenal lebih dalam tentang seluk beluk sejarah pondok pesantren Bahrul Ulum Tambakberas dan dapat meneladani para Alim Ulama’ sebagai pedoman dalam prilaku sosial dan keagamaan.

Narasumber      Pembedah 1         : Amirul Ulum
                                Pembedah 2         : Jadul Maula
                          Penulis                 : Wafiyul Ahdi, M. Pd.i
                                                       : Agus Abdul Jabbar Hubbi
                                                       : Dr. H. Ainur Rofiq Al Amin, HM
                                                       : Hj. Nidaus Sa’adah, M. Pd.I

Moderator                         :  Siti nurul khotimah

Jumlah peserta yang hadir : 125 hadirin (terdiri dari santri BU dan lainnya)

Susunan acara                    :
No.
Acara
Waktu
Pengisi
1
Pra Acara
08.00 – 08.30
Hadroh
2
Pembukaan
08.30 – 08.35
MC
3
Pembacaan Ayat Suci Al- Qur’an
08.35 – 08.45
Anif
4
Menyanyikan lagu Indonesia Raya Dan Hubbul Wathon
08.45 – 09.00
Sufi
5
Sambutan ketua panitia
09.00 – 09.05
Dzikri
6
Sambutan Ketua Himabu
09.05 – 09.10
Sholahudin
7
Sambutan Pembina Himabu dan pembukaan acara
09.10 – 09.15
H. Syifa’ Malik
8
Bedah Buku
09.15 – 11.15
Moderator
9
Tanya Jawab
11.15 – 11.45
Moderator
10
Penutupan dan Do’a
11.45– 11.50


Pelaksanaan :
a.       Pembahasan
1.      Moderator memulai acara dengan memperkenalkan para narasumber dan memberikan semangat kepada para hadirin
2.      Buku sejarah Bahrul Ulum Tambakberas ditulis oleh tim penulis yang terdiri dari 8 penulis (Heru Najib, Ainur Rofiq Al amin, A. Jabbar Hubbi, Nidaus Sa’adah, Bashirotul Hidayah, Muhammad Syifa’ Malik, Kholid Mas’ud dan Wafiyul Ahdi). Buku tersebut berisi dua unsur yakni, sejarah pondok pesantren Bahrul Ulum dan cerita-cerita hikmah dari  para masyayikh dan ulama. Narasumber menceritakan garis besar buku tersebut dengan memberikan cerita-cerita hikmah. Salah satunya cerita mbah Wahab, ulama nasionalis yang berkonstribusi terhadap kemerdekaan Indonesia. Mbah hubbi yang dikenal sakti dikarenakan kuatnya beliau dalam bertirakat. Terdapat banyak sekali tradisi-tradisi di Pondok pesantren yang unik, istimewa dan keluar dari adat masyarakat umum. Diharapkan kita semua dapat berusaha meniru jejak-jejak dan cara berjalan para masyaikh dalam mengarungi kehidupan. (neng Ninid)

3.      Mbah Wahab pernah berkata bahwa setelah tahun 54-55 dan setelahnya tidak ada orang yang semartabat dengan para mujtahid. Dan hasil ijtihad tidak bisa dihapus dengan ijtihad yang baru. Maka, NKRI adalah sah, dalam artian tidak bisa dihapus dan diganti dengan ijtihad lain dengan alasan hasil ijtihad tidak dapat dihapus dengan ijtihad lain serta orang-orang sekarang tidak ada yang memenuhi kriteria mujtahid apalagi khalifah. (gus Rofik);


4.      Buku sejarah Bahrul Ulum Tambakberas berdasar kepada cerita-cerita para pelaku sejarah langsung dan orang yang mempunyai cerita dari para pelaku sejarah. Gus Dur pernah berkata bahwa kiai ada 5 macam : kiyai tutur (pendakwah), kiyai catur (berkecimpung di dunia politik) dan kiai sembur (kiai sakti, baik dalam pengobatan atau kenal dengan dunia ghaib). Kyai Nganggor, Kyai Ngawor. Jadilah 3 kategori kyai yang pertama, bukan kategori ke 4 dan 5 (kyai nganggor dan kyai ngawor).   Tulislah apa yang kalian lakukan dan lakukan apa yang kalian tulis. (gus Syifa’);

5.      Kiai Muhaimin, salah satu kiyai dan Ulama’ besar alumni Tambakberas yang bahkan pernah menjadi ulama di Haramain. Kiyai muhaimin pula yang mendirikan madrasah perempuan pertama (Kuttabul balad) di Haramain. Berawal dari peperangan Diponegoro banyak Ulama yang menyebar di seluruh penjuru Nusantara untuk menyebarkan ilmunya, antara lain : kiyai sholeh darat dan mbah shoihah, kedua mempunyai banyak murid yang meneruskanya. Jangan hanya mengambil debu dari sejarah tetapi ambillah apinya.(kang Amirul Ulum);

6.      Buku sejarah Bahrul Ulum Tambakberas disajikan dengan model narasi yang bersanad serta tidak dibagi pertema. Sebaiknya mozaik narasi dalam buku tersebut ditulis tematik (disusun pertema) sebagai suatu gagasan pemersatu dan penyeimbang sosial masyarakat islam Nusantara. Pesantren memiliki peran mengimbangi sosial masyarakat ketika berhubungan dengan agama dan politik. Pesantren juga memiliki ciri khas yang mencirikan islam Nusantara, dimana salah satunya mengimbangi hubungan antara agama dan politik (negara). Kritikan pula dari pembedah bahwa lebih baiknya sejarah Bahrul Ulum dalam buku ini dimulai dari sejarah Joko tingkir dan seterusnya, tidak hanya dimulai dari sejarah Mbah shoihah. (Kang Jadul Maula) .

b.      Sesi Pertanyaan

1.      (ilham) bagaimana hubungan antara ondok pesantren di Nusantara pada  zaman dulu, dan bagaimana metode dan cara pengajaran zaman dulu sehingga mampu menghasilkan para ulama-ulama besar.
Jawaban : pondok pesantren Bahrul Ulum memakai madzhab figur dan system dalam artian tetap berpegang kepada kiyai-kiyai sepuh dengan tetap mengikuti dan mematuhi sistem yang telah disepakati. Yai Masruri dapat banyak menguasai ilmu umum salah satunya karena efek dari seringnya dijadikan guru piket untuk menggantikan guru-guru umum.

2.      (santri Al falah Ploso) bagaimana menanggapi mahasiswa atau orang yang mempelajari ilmu dari buku tanpa ada guru dan sanad yang jelas sampai nabi? Dan bagaimana menanggapi banyaknya cerita-cerita luar biasa yang disajikan dari buku tersebut yang itu menjadikan tingkat rasionalitas menurun dan berefek membentuk pribadi santri yang hanya menginginkan keluar-biasaan itu?
Jawaban : ciri khas pesantren adalah masih memperhatikan sanad dan guru dalam memperoleh ilmu. Penuntut ilmu dituntut mempelajari sesuatu harus ada sanad dan gurunya (gus Syifa’).
      belajar tanpa guru itu berbahaya. Dalam belajar harus ada sanad dan gurunya.
Kita harus tau apa itu mahasiswa? Mahasiswa adalah orang yang gelisah. Maka sudah menjadi wajar ketika mahasiswa membingungkan diri dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Maka solusinya harus ada panutan guru spiritual untuk menenangkan itu. Tidak berarti bahwa mempertanyakan dan membingungkan hal seperti itu adalah salah, akan tetapi hal tersebut hanya sebagai salah satu proses yang pada puncaknya akan menemukan pencerahan dari seorang guru atau lainya. (ning Ninid)
Bahwa kesuksesan dan ketenangan seseorang dipengaruhi banyak dimensi, salah satunya adalah dimensi tirakat dan do’a (Gus Rofiq)
Pentingnya sanad dalam belajar agama, karena sanad dan guru langsung adalah ciri khas dari islam. (kang Amirul Ulum)

3.      (santri pondok lain) apa arti dari huruf “ha’ ra’ ta’ mim” di Menara Masjid Bahrul Ulum?
Jawaban : buka saja di buku sejarah Bahrul Ulum dan revisinya.

4.      Bagaimana cara menangani dan menghadapi aliran-aliran yang tidak sesuai dengan golongan paham islam kita? Dan bagaimana kalau itu sudah masuk ranah politik?
Jawaban : mari kita taati peraturan yang telah disepakati negara. Santri harus berusaha membawa nilai-nilai islam seperti yang dibawa ulama-ulama dulu. Tidak usah diambil pusing, berpikir sederhana saja. (Gus Rofiq)
Orang cerdas adalah orang yang berorientasi kepada akhirat dengan mengamalkan : belajar, istiqomah dan Khidmah. (Gus syifa’)
                         




Yogyakarta, 18 November 2017

Ketua panitia                                                                                Notulen                                                                               

 (                                  )                                                           (                                  )          

       




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LPM WAHID HASYIM